Senin, 10 November 2014

WISATA BADUY


LINDUNGI ALAM DAN AMALKAN BUDAYA LELUHUR



RANGKASBITUNG – Kabupaten Lebak memiliki beragam objek wisata. Wisata pantai tersebar di Lebak Selatan seperti Pantai Sawarna, Bagedur, Binuangen, dan Taraje. Sementara wisata pemandian air panas dan Arung Jeram Ciberang terletak di Kecamatan Cipanas dan Lebak Gedong. Untuk wisata ziarah bisa datang di pemakaman Wong Sagati di Kecamatan Sajira. Sedangkan wisata sejarah seperti rumah tua Multatuli di Kota Rangkasbitung, meski saat ini kondisinya tidak terawat. Situs Cibedug dan Kosala bisa dijempuai di Kecamatan Citeroek dan Lebak Gedong. Begitu pun wisata Curug atau air terjun, salah satunya Curug Cimayang yang terletak di Kecamatan Bojongmanik. Namun di antara objek wisata tersebut ada yang tak kalah menarik yaitu wisata Budaya Baduy. Wisata Budaya Baduy terletak di pedalaman Lebak, persisnya di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar. Untuk sampai ke sana diperkirakan membutuhkan waktu kurang lebih 5 jam, karena jarak tempuhnya sekira 125 kilometer dari Jakarta.

Jika menggunakan jasa transportasi kereta api dari Jakarta turun di Stasiun Kota Rangkasbitung. Rute selanjutnya menuju Terminal Aweh menggunakan jasa angkutan umum. Masih menggunakan jasa angkutan umum jenis elf turis menuju ke Ciboleger, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar. Sedangkan dengan angkutan umum dari Jakarta menuju Terminal Mandala, Rangkasbitung. Kemudian lanjut ke Terminal Aweh menggunakan angkut umum. Dari Terminal Aweh bisa menggunakan angkutan umum jenis elf untuk sampai di perbatasan Ciboleger, Desa Kanekes.

Wisata Baduy sangat potensial dan tak aneh jika objek wisata ini kerap dikunjungi turis wisatawan baik lokal ataupun mancanegara. Setiap tahun terus menunjukkan angka penambahan pengunjung. Berdasarkan data dari Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Disporabudpar) Lebak, pada tahun 2011 tercatat 6.469 pengunjung yang menyambangi Baduy.

“Dari 6.469 pengunjung itu sekira 120-an wisatawan mancanegara. Itu mengindikasikan daya tarik wisata Baduy masih diminati masyarakat,” ujar Kabid Pariwisata Disporabudpar Lebak Jujum Riyadi ditemui di kantornya, Senin (21/5).

Karena itu, lanjut Jujum, Pemerintah Daerah Lebak melalui Disporabudpar akan terus meningkatkan jumlah wisatawan untuk menggali Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor wisata adat Baduy. “Tahun kemarin, PAD dari Baduy Rp 5 juta. Tahun 2012 targetnya menjadi Rp 6 juta,” katanya.
Ia mengatakan, pemerintah daerah telah mengoptimalkan promosi-promosi budaya adat Baduy melalui pameran pembangunan baik ditingkat Lebak atau Provinsi Banten serta media poster dan website Disporabudpar Lebak. “Supaya kunjungan wisatawan di sektor Baduy meningkat dan imbasnya PAD pun turut meningkat,” ucapnya.

Jujum mengatakan, selama ini kunjungan wisatawan di pedalaman Baduy belum meningkat terutama wisatawan dari luar negeri. Kebanyakan, lanjut Jujum, wisatawan budaya melakukan penelitian kehidupan tatanan sosial warga Baduy sehingga didominasi oleh mahasiswa dari perguruan tinggi.

“Kendala sarana dan prasarana infrastruktur jalan menuju kawasan Baduy. Kurang lebih sekira 22 kilometer dari Kota Rangkasbitung. Saya yakin, kalau sarana dan prasarananya bagus pasti akan mendongkrak kunjungan wisatawan baik dalam maupun luar negeri,” ujarnya.

Kata Jujum, PAD dari sektor pariwisata tahun 2012 sebesar Rp 112.500.000. Sedangkan PAD tahun 2011 sebesar Rp 100 juta. Untuk itu pihaknya mengenakan retribusi sebesar Rp 2.500 per orang untuk pemasukan PAD.
“PAD tahun 2011 dari sektor wisata Budaya Baduy Rp 5 juta, tahun ini naik Rp 6 juta karena itu untuk pemasukan PAD, sebab tahun-tahun sebelumnya warga Baduy menolak dengan penarikan retribusi tersebut,” ujarnya.

Kepala Disporabudpar Lebak Saifullah Saleh mengatakan, wisata Baduy memiliki nilai tersendiri karena hingga kini masih mempertahankan budaya leluhur mereka. Mereka menolak hidup modernisasi seperti televisi, radio, naik kendaraan, jalan beraspal, rumah bertembok, dan pakai sepatu. Karena itu, lanjut Saifullah, masyarakat Baduy yang tinggal di kawasan pegunungan Kendeng tidak bisa dilalui berbagai jenis kendaraan. “Sebenarnya pemerintah ingin membantu seperti aliran jaringan listrik, tapi tidak bisa karena itu bertentangan dengan adat budaya mereka. Karena itu yang menjadi kendala bagi pemerintah daerah,” ujarnya.

Senda dikatakan H. Kasmin, tokoh masyarakat Baduy yang kini menjadi anggota DPRD Provinsi Banten. Kata Kasmin, warga Baduy sangat menjunjung tinggi nilai-nilai dan adat istiadat leluhurnya. Bahkan, kata Kasmin, ada pribahasa orang Baduy, “Panjang tidak boleh dipotong, pendek tidak boleh dipotong”. “Artinya yang benar katakan dengan sebenarnya, yang salah katakan salah. Pepatah tua itu sampai sekarang masih tetap dipertahankan. Meskipun sekarang ini ada sekelompok warga Baduy yang sudah memiliki alat elektronik seperti Hp, tetapi itu sebagian kecilnya,” kata Kasmin.

Mustofa, salah seorang backpacker asal Pontianak mengaku terpesona terhadap wisata budaya Baduy. “Suku adat Baduy merupakan salah satu potensi wisata alam di Indonesia yang potensial. Warga Baduy sangat menjaga ketentraman budaya leluhurnya yang masih tetap dilestarikan. Maka tidak salah bila saya atau turis baik dari domestik atau luar negeri ingin belajar tata cara hidup kerukunan di sini,” ujar Mustofa. (harir/zen)

0 komentar:

Template by:
Free Blog Templates